NOL
- Get link
- X
- Other Apps
Maukah Dia membawaku pergi dari sini?
....
Aku tidak mengerti untuk menjadi apapun jua. Menjadi orang yang sombong atau ramah, menjadi orang yang jujur atau pembohong, menjadi seorang pahlawan atau lelehan lilin. Kini, aku menertawakan diriku, sesekali mengumpat dan menyakiti diriku sendiri.
Usiaku sekarang dua puluh dua tahun. Orang akan berkata, "Kau terlalu muda," "Kau belum pergi jauh," tapi rasanya aku sudah terlalu jauh. Aku berharap aku segera mati ketika usiaku tiga puluh tahun atau kurang dari itu. Dengan itu semua aku merasa cukup, bahwa usia tiga puluh tahun itu umur yang tua sekali, apalagi empat puluh tahun atau lima puluh tahun. Hidup lebih lama dari tiga puluh tahun itu tidak sopan, dan membiarkan orang hidup hingga usia segitu adalah kekejaman.
Aku benar-benar tidak bisa menjadi lelehan lilin, percaya saja! Aku sudah sering berusaha, tapi selalu tidak bisa. Penyakit yang benar-benar parah adalah saat aku menjadi sadar bahwa inilah keadaanku yang sebenarnya, yang sewajarnya terjadi. Mula-mula, pertama kali, alangkah beratnya penderitaan yang kualami dalam pergulatan ini, dan aku tidak yakin bahwa apa yang kualami juga dialami oleh orang lain.
Orang berkata, "Ini bukan salahmu." Ya, memang bukan salahku, tapi aku menanggung segala derita, itu permasalahannya. Aku sudah sampai pada titik tempat yang memuakkan. Waktu pulang ke sudut-sudut ruangan yang hening ini, aku malu! Bahwa apa yang telah terjadi tidak bisa dihapus lagi, dan dengan diam-diam menggerogoti diriku, kegetiran menjadi sesuatu yang terkutuk dan akhirnya berubah menjadi kenikmatan.
Biar kujelaskan dulu bahwa kenikmatan itu datang dari kesadaran bahwa kita telah terjatuh dalam ketakutan yang tak terucapkan, bahwa tak ada jalan lain, tak ada pilihan lain, dan tak ada cara untuk menjadi seseorang yang lain. Meskipun masih ada waktu dan harapan untuk berubah, kita mungkin tak akan berbuat apa-apa. Karena, mungkin sekali pada akhirnya, tak ada lagi yang bisa diubah, dan yang menakutkan bukan lagi kematian, melainkan kenyataan bahwa kekosongan adalah tempat kita untuk berpulang.
Ah, sudahlah. Banyak omong kosong yang kuutarakan. Tetapi, apa yang kutanyakan tadi?
- Get link
- X
- Other Apps